Liburan Panjang, Volume Sampah Kota Solo Naik Hingga 6%

Selama masa libur panjang akhir pekan atau long-week end ini, volume sampah di Kota Solo diperkirakan meningkat sekitar 3% hingga 6% dibanding hari biasanya.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Solo, Satriyo Teguh Subroto , Jumat (3/6). “Peningkatan volume sampah sekitar 3% hingga 6% dari hari-hari biasa yang rata-rata mencapai 260 ton/hari. Sebab Kota Solo sekarang memang menjadi salah satu kota tujuan bagi masyarakat untuk berlibur. Dan hal itu tentu membawa efek pada meningkatnya volume sampah untuk kota,” papar Satriyo.
Peningkatan volume sampah yang terjadi tahun ini, diperkirakan Satriyo bahkan akan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Hal itu mengingat ada sejumlah kegiatan tingkat nasional dan internasional yang diselenggarakan di Kota Solo sepanjang tahun ini.
“Selain momentum Lebaran, Natal dan Tahun Baru, ada berbagai kegiatan tingkat nasional, bahkan tingkat internasional yang digelar di Solo sepanjang tahun ini. Contohnya saat Pekan Informasi Nasional (PIN) kemarin, lalu nanti ada Konferensi Kota Layak Anak tingkat Asia-Pasifik, kemudian nanti ada pula penyelenggaraan ParaGames dan sejumlah kegiatan lainnya yang menyumbang peningkatan volume sampah kota,” papar Satriyo.
Padahal kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo yang menjadi pusat pembuangan sampah di Kota Solo sudah sangat kritis. Hingga kini, persoalan pengelolaan sampah di TPA yang berlokasi di Mojosongo, Jebres itu belum dapat tertangani lantaran proses lelang pengelolaan oleh pihak swasta tak kunjung terealisasi.
“Kalau kritis ya sudah terjadi sekitar empat tahun yang lalu, sekarang sudah sangat sangat kritis. Saat ini lahan yang tersisa hanya tinggal 2 hektare (ha). Dan diperkirakan kalau tidak segera ditangani dengan pengelolaan yang baik, dua tahun mendatang lahannya habis,” ungkap Satriyo.
Satriyo mengatakan dengan belum terealisasinya lelang pengelolaan TPA Putri Cempo tersebut, penanganan yang bisa dilakukan secara konvensional. DKP saat ini baru sebatas menyewa peralatan berat.
“Menggunakan buldoser dan wheel loader. Alat-alat itu kami sewa, setahunnya Rp 160 juta,” jelasnya. Namun Satriyo memrediksi, cara semacam itu hanya bertahan maksimal dua tahun mendatang.