Bicara soal robot, kesan yang sering tebersit di pikiran adalah ilmu yang rumit dan mahal, yang hanya bisa ditekuni oleh kalangan perguruan tinggi. Padahal, dari sebuah sekolah yang mungkin sering dicap sebagai sekolah pinggiran justru muncul seorang kreator yang bukan tak mungkin bakal mengharumkan nama bangsa.
Dia adalah Jufri Dwi Hanantyo, siswa SMPN 1 Selogiri, Wonogiri. Siswa Kelas VIII E ini berhasil mencuri perhatian saat dua robot karyanya dipamerkan saat pameran produk unggulan peringatan HUT Wonogiri belum lama ini. Anak bungsu pasangan Bowo Subagyo dan Ny Seni itu berhasil membuat dua robot berkemampuan dasar yaitu line follower dan wall follower. Robot jenis line follower akan bergerak menyesuaikan garis sedangkan wall follower akan berbelok ketika di depannya terdapat penghalang. “Saya terinspirasi membuat robot saat melihat robot di televisi,” ujar Jufri kepada Espos. Didampingi Kepala SMPN 1 Selogiri, Arisman dan guru pembimbingnya, Y Wahyu Widiyatmoko, Jufri bercerita dirinya mengaku penasaran dan ingin tahu lebih banyak soal robot. “Kejadian itu saya alami saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya saya membongkar-bongkar radio yang sudah rusak. Saya dimarahi orangtua karena kerusakan radio bertambah parah,” kenangnya.
Seiring dengan bertambahnya usia dan jenjang sekolah, Jufri pun menemukan arena pelampiasan penasarannya di SMPN 1 Selogiri. Saat Kelas VII, dia mulai tekun belajar ilmu robotika. Keterampilan itu dilihat oleh guru komputer sekolah itu, Wahyu. Akhirnya Jufri pun kini dijadikan asisten guru dalam mengajar robotika.
Menurut Jufri, membuat robot tidaklah rumit. Di ruang komputer, Jufri telah membuat konsep robot lain, yakni robot yang bisa berjalan seperti manusia. “Saya ingin membuat robot petani agar bisa meringankan beban manusia,” ungkapnya.
Guru pembimbing, Wahyu menyatakan bahan cukup mudah didapatkan. “Untuk bodi kami pakai aluminium namun komponen motor harus pesan ke Surabaya. Selama ini kami order ke Surabaya dengan pola transfer. Kami transfer uang, barang akan dikirim dua hingga tiga hari kemudian. Kalau tidak ada alumunium, sebagai eksperimen kami terkadang menggunakan kotak plastik dan sendok kayu es krim,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Selogiri, Arisman mengaku keterampilan membuat robot menjadi unggulan di sekolah. “Kami masih kesulitan mencara bibit penerus Jufri. Mudah-mudahan tahun ajaran nanti penerus itu bisa diperoleh.”
Dia adalah Jufri Dwi Hanantyo, siswa SMPN 1 Selogiri, Wonogiri. Siswa Kelas VIII E ini berhasil mencuri perhatian saat dua robot karyanya dipamerkan saat pameran produk unggulan peringatan HUT Wonogiri belum lama ini. Anak bungsu pasangan Bowo Subagyo dan Ny Seni itu berhasil membuat dua robot berkemampuan dasar yaitu line follower dan wall follower. Robot jenis line follower akan bergerak menyesuaikan garis sedangkan wall follower akan berbelok ketika di depannya terdapat penghalang. “Saya terinspirasi membuat robot saat melihat robot di televisi,” ujar Jufri kepada Espos. Didampingi Kepala SMPN 1 Selogiri, Arisman dan guru pembimbingnya, Y Wahyu Widiyatmoko, Jufri bercerita dirinya mengaku penasaran dan ingin tahu lebih banyak soal robot. “Kejadian itu saya alami saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya saya membongkar-bongkar radio yang sudah rusak. Saya dimarahi orangtua karena kerusakan radio bertambah parah,” kenangnya.
Seiring dengan bertambahnya usia dan jenjang sekolah, Jufri pun menemukan arena pelampiasan penasarannya di SMPN 1 Selogiri. Saat Kelas VII, dia mulai tekun belajar ilmu robotika. Keterampilan itu dilihat oleh guru komputer sekolah itu, Wahyu. Akhirnya Jufri pun kini dijadikan asisten guru dalam mengajar robotika.
Menurut Jufri, membuat robot tidaklah rumit. Di ruang komputer, Jufri telah membuat konsep robot lain, yakni robot yang bisa berjalan seperti manusia. “Saya ingin membuat robot petani agar bisa meringankan beban manusia,” ungkapnya.
Guru pembimbing, Wahyu menyatakan bahan cukup mudah didapatkan. “Untuk bodi kami pakai aluminium namun komponen motor harus pesan ke Surabaya. Selama ini kami order ke Surabaya dengan pola transfer. Kami transfer uang, barang akan dikirim dua hingga tiga hari kemudian. Kalau tidak ada alumunium, sebagai eksperimen kami terkadang menggunakan kotak plastik dan sendok kayu es krim,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Selogiri, Arisman mengaku keterampilan membuat robot menjadi unggulan di sekolah. “Kami masih kesulitan mencara bibit penerus Jufri. Mudah-mudahan tahun ajaran nanti penerus itu bisa diperoleh.”
0Awesome Comments!