Tak terima anaknya tidak lolos seleksi SMAN 1 RSBI Wonogiri, Slamet, warga Pokoh, Wonoboyo, Wonogiri mengadu ke Gedung DPRD. Dia mencegat Ketua Komisi D DPRD Wonogiri, Jumat (10/6/2011). Slamet mengadukan hasil pengumuman pendaftaran peserta didik (PPD) di SMAN 1 RSBI Wonogiri yang dinilai merugikan anaknya.
Menurutnya, anaknya yang bernama Kristian DN tidak diterima di sekolah favorit tersebut. Saat ditemui Espos, Slamet bertutur anaknya memiliki nilai ujian nasional (UN) 35,45 namun tidak diterima. “Ada anak yang dikabarkan memiliki nilai UN 32,8 diterima. Kami mendengar anak itu anak salah satu guru di sekolah itu. Kami kecewa. Apalagi nilai tes IQ anak kami 99,” ujarnya. Belum puas bertemu dengan wartawan, Slamet mencegat Ketua Komisi D DPRD Wonogiri, Martanto yang kebetulan akan pergi. Dia menyatakan, anaknya memiliki piagam kejuaraan, seperti festival reog dan tari. “Apakah piagam berprestasi itu tidak dipertimbangkan?” tukasnya.
Menanggapi pengaduan Slamet, Martanto menyarankan agar laporan tersebut dilakukan secara tertulis. “Tolong dibuat tertulis agar kami memiliki dasar.” Slamet pun menyanggupi akan menulis laporan tersebut. Usai bertemu di Gedung DPRD itu, Slamet datang lagi ke SMAN 1 RSBI Wonogiri untuk melihat kembali papan pengumuman.
Dijumpai terpisah, Kepala SMAN 1 RSBI Wonogiri, Mulyadi mengatakan pihaknya menerima siswa baru 320 anak. “Pendaftar sebanyak 492 anak. Kami transparan dalam mengumumkan,” ujarnya. Diakuinya, Slamet bertemu dengannya disaksikan Kabid SMK Disdik Wonogiri, H Siswanto. “Kami sudah menunjukkan data secara transparan namun Pak Slamet belum memahami. Dua orangtua calon siswa yang juga anaknya tidak diterima datang minta penjelasan, setelah diberi penjelasan akhirnya menerima.”
Lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyadi, nilai UN bukan satu-satunya penentu diterima atau tidaknya seorang calon siswa. “Ada tes IQ, tes potensi akademik, tes wawancara dengan Bahasa Inggris ataupun TIK (teknologi informasi komputer). Anak Pak Slamet jatuh di nilai TIK. Ada anak dengan nilai IQ 120 juga tidak diterima,” tegasnya.
Menurutnya, anaknya yang bernama Kristian DN tidak diterima di sekolah favorit tersebut. Saat ditemui Espos, Slamet bertutur anaknya memiliki nilai ujian nasional (UN) 35,45 namun tidak diterima. “Ada anak yang dikabarkan memiliki nilai UN 32,8 diterima. Kami mendengar anak itu anak salah satu guru di sekolah itu. Kami kecewa. Apalagi nilai tes IQ anak kami 99,” ujarnya. Belum puas bertemu dengan wartawan, Slamet mencegat Ketua Komisi D DPRD Wonogiri, Martanto yang kebetulan akan pergi. Dia menyatakan, anaknya memiliki piagam kejuaraan, seperti festival reog dan tari. “Apakah piagam berprestasi itu tidak dipertimbangkan?” tukasnya.
Menanggapi pengaduan Slamet, Martanto menyarankan agar laporan tersebut dilakukan secara tertulis. “Tolong dibuat tertulis agar kami memiliki dasar.” Slamet pun menyanggupi akan menulis laporan tersebut. Usai bertemu di Gedung DPRD itu, Slamet datang lagi ke SMAN 1 RSBI Wonogiri untuk melihat kembali papan pengumuman.
Dijumpai terpisah, Kepala SMAN 1 RSBI Wonogiri, Mulyadi mengatakan pihaknya menerima siswa baru 320 anak. “Pendaftar sebanyak 492 anak. Kami transparan dalam mengumumkan,” ujarnya. Diakuinya, Slamet bertemu dengannya disaksikan Kabid SMK Disdik Wonogiri, H Siswanto. “Kami sudah menunjukkan data secara transparan namun Pak Slamet belum memahami. Dua orangtua calon siswa yang juga anaknya tidak diterima datang minta penjelasan, setelah diberi penjelasan akhirnya menerima.”
Lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyadi, nilai UN bukan satu-satunya penentu diterima atau tidaknya seorang calon siswa. “Ada tes IQ, tes potensi akademik, tes wawancara dengan Bahasa Inggris ataupun TIK (teknologi informasi komputer). Anak Pak Slamet jatuh di nilai TIK. Ada anak dengan nilai IQ 120 juga tidak diterima,” tegasnya.
0Awesome Comments!