Musim Kemarau Petani Cabai Diserang Jamur Pathek.

Petani cabai di wilayah Kecamatan Kismantoro sudah sejak sekitar tiga minggu mengandalkan air sungai untuk menyiram tanaman. Tanaman cabai petani juga sudah banyak yang diserang jamur pathek.
Kateno, petani cabai warga Dusun Gandring, Desa Pucung mengatakan untuk menyiram mengandalkan air sungai yang diperkirakan akan habis dalam dua bulan. “Untuk saat ini masih bisa pakai air sungai. Tapi paling hanya bertahan dua bulan. Kalau air sudah kering kami akan berhenti menanam cabai. Nanti kalau musim hujan datang baru menanam. Sebelum hujan akan ditanami empon-empon,” katanya, Jumat (17/6).
Menurutnya, petani kini dibuat merugi dengan jamur pathek yang membuat cabai kering. Hampir semua lahan petani tanaman cabainya terserang. Kata dia, satu hektare lahan hampir semua terkena. Kalau sudah begini, pilihan hanyalah menebang tanaman dan menanam lagi.
Selain itu, harga jual cabai juga turun. Jika dua bulan lalu masih Rp 5.000 per kilonya, maka hingga kini berangsur turun hingga Rp 2.500 per kilo. “Untuk lahan sawah, harga yang dibilang tidak balik modal Rp 5.000 per kilo. Untuk lahan ladang Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per kilo. Kalau sekarang Rp 2.500 bayangkan saja. Tidak hanya tidak balik modal, tapi sudah merugi,” tambahnya.
Terkait jamur pathek, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Guruh Santoso mengatakan sulit untuk membasmi hama itu. Yang bisa dilakukan hanyalah menebang dan membakar tanaman yang terkena jamur. “Memang sulit membasminya. Tapi kami belum mendapat laporan dari Kismantoro,” terangnya.