Penangkapan terduga teroris AA (30) oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Minggu 22 Mei lalu, membuat pihak keluarga AA takut dicap sebagai keluarga teroris.
Menurut nenek mertua AA, Sarah (60), masyarakat sekitar banyak yang menyaksikan proses penyergapan di rumah AA di Gang Pertamina RT 05 RW 05 Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat.
“Kami merasa sangat malu ketika banyak polisi mendatangi rumahnya. Kami khawatir masyarakat menganggap keluarga kami teroris,” ujar Sarah, saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Senin (23/5/2011).
Bahkan, aku Sarah, saat ini pandangan masyarakat terhadap keluarganya menjadi lain dari biasanya. Padahal, hingga kini pihak keluarga masih kaget dan tak percaya jika AA terkait dengan bom bunuh diri pada ‘Jumat Kelabu’ di Mapolresta Cirebon beberapa waktu lalu.
"Dua orang petugas meringkusnya (AA) setelah ia pulang dari rumah sakit. Saat itu ia baru saja memasukkan sepeda motor ke rumah mertuanya tempatnya tinggal," tutur nenek ini, tangannnya tampak gemetaran. Ia juga teengah sedih karena mertua AA (anak Sarah) tengah menderita sakit keras. “Mertuanya akan dioperasi. Kami belum ngasih tahu kejaadian ini,” tambahnya.
Sarah bercerita, AA ditangkap dua orang petugas sekitar pukul 20.00 WIB. Satu jam kemudian, enam petugas kepolosian lainnya datang melakukan penggeledahan. "Saya tak tahu apa saja yang diambil," ucap nenek yang sejak penggeledahan itu nafsu makannya menjadi hilang.
Si Nenek mengaku, hingga kini masih merasa was-was dan kagetan. Setiap ada orang yang melintas di depan rumah, ia merasa cemas dan khawatir. “Saya juga ingat terus kepadanya (AA), memikirkan nasib keluarganya, sedangkan warga sini jadi menganggap kami lain,” ujarnya, matanya menerawang, raut wajahnya lesu.
Sarah juga yakin, AA dijebak temannya. Semua barang bukti yang disita polisi bukanlah milik AA. “Itu punya temannya, ia dijebak,” ucapnya. Keyakinan ini berangkat dari kegiatan sehari-hari AA yang tidak mencurigakan. Ia menuturkan, setiap hari AA ada di rumah. Kecuali jika ada panggilan dari majikan, baru AA berangkat, itupun tidak lama.
“AA tak punya pekerjaan tetap dan lebih banyak di rumah ketimbang bepergian. Jekas saya tak menduga sama sekali ia menjadi incaran polisi karena terlibat (jaringan terorisme). Isteri dan anaknya lebih banyak ditanggung mertua. Tapi (AA) orangnya baik,” tuturnya.
Sarah juga membantah bahwa AA mengikuti aktivitas keagamaan tertentu. Sepengetahuannya, AA tak pernah ikut pengajian atau kegiatan lainnya. “Jangankan pengajian, salat juga sepertinya jarang. Saya juga jarang melihatnya Jumatan,” tuturnya.
Kapolresta Cimahi AKBP Rudy Heriyanto A Nugroho membenarkan peristiwa pencidukan AA yang diduga terkait bom di Mapolres Cirebon. Menurutnya, AA sudah diserahkan ke Mapolda Jabar. “Hasil pemeriksaan Mapolresta Cimahi, AA sudah bisa ditetapkan sebagai tersangka. Sebab, saat diciduk ada barang bukti seperti senjata api,” jelas Rudy, saat dikonfirmasi Mapolresta Cimahi.
Disebutkan, polisi menyita pistol jenis FN 9 mm, puluhan butir peluru, dua tas hitam, perangkat komputer, printer, dan dokumen.
Menurut nenek mertua AA, Sarah (60), masyarakat sekitar banyak yang menyaksikan proses penyergapan di rumah AA di Gang Pertamina RT 05 RW 05 Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat.
“Kami merasa sangat malu ketika banyak polisi mendatangi rumahnya. Kami khawatir masyarakat menganggap keluarga kami teroris,” ujar Sarah, saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Senin (23/5/2011).
Bahkan, aku Sarah, saat ini pandangan masyarakat terhadap keluarganya menjadi lain dari biasanya. Padahal, hingga kini pihak keluarga masih kaget dan tak percaya jika AA terkait dengan bom bunuh diri pada ‘Jumat Kelabu’ di Mapolresta Cirebon beberapa waktu lalu.
"Dua orang petugas meringkusnya (AA) setelah ia pulang dari rumah sakit. Saat itu ia baru saja memasukkan sepeda motor ke rumah mertuanya tempatnya tinggal," tutur nenek ini, tangannnya tampak gemetaran. Ia juga teengah sedih karena mertua AA (anak Sarah) tengah menderita sakit keras. “Mertuanya akan dioperasi. Kami belum ngasih tahu kejaadian ini,” tambahnya.
Sarah bercerita, AA ditangkap dua orang petugas sekitar pukul 20.00 WIB. Satu jam kemudian, enam petugas kepolosian lainnya datang melakukan penggeledahan. "Saya tak tahu apa saja yang diambil," ucap nenek yang sejak penggeledahan itu nafsu makannya menjadi hilang.
Si Nenek mengaku, hingga kini masih merasa was-was dan kagetan. Setiap ada orang yang melintas di depan rumah, ia merasa cemas dan khawatir. “Saya juga ingat terus kepadanya (AA), memikirkan nasib keluarganya, sedangkan warga sini jadi menganggap kami lain,” ujarnya, matanya menerawang, raut wajahnya lesu.
Sarah juga yakin, AA dijebak temannya. Semua barang bukti yang disita polisi bukanlah milik AA. “Itu punya temannya, ia dijebak,” ucapnya. Keyakinan ini berangkat dari kegiatan sehari-hari AA yang tidak mencurigakan. Ia menuturkan, setiap hari AA ada di rumah. Kecuali jika ada panggilan dari majikan, baru AA berangkat, itupun tidak lama.
“AA tak punya pekerjaan tetap dan lebih banyak di rumah ketimbang bepergian. Jekas saya tak menduga sama sekali ia menjadi incaran polisi karena terlibat (jaringan terorisme). Isteri dan anaknya lebih banyak ditanggung mertua. Tapi (AA) orangnya baik,” tuturnya.
Sarah juga membantah bahwa AA mengikuti aktivitas keagamaan tertentu. Sepengetahuannya, AA tak pernah ikut pengajian atau kegiatan lainnya. “Jangankan pengajian, salat juga sepertinya jarang. Saya juga jarang melihatnya Jumatan,” tuturnya.
Kapolresta Cimahi AKBP Rudy Heriyanto A Nugroho membenarkan peristiwa pencidukan AA yang diduga terkait bom di Mapolres Cirebon. Menurutnya, AA sudah diserahkan ke Mapolda Jabar. “Hasil pemeriksaan Mapolresta Cimahi, AA sudah bisa ditetapkan sebagai tersangka. Sebab, saat diciduk ada barang bukti seperti senjata api,” jelas Rudy, saat dikonfirmasi Mapolresta Cimahi.
Disebutkan, polisi menyita pistol jenis FN 9 mm, puluhan butir peluru, dua tas hitam, perangkat komputer, printer, dan dokumen.
0Awesome Comments!