Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Wonogiri mencatat hingga pertengahan Mei lalu total luas lahan pertanian puso akibat serangan hama wereng cokelat dan kerdil rumput mencapai 37,5 hektare. Jika dinominalkan, total kerugian yang dialami petani mencapai lebih dari Rp 500 juta.
Taksiran kerugian tersebut didasarkan asumsi harga gabah Rp 2.500/kg dan hasil panen rata-rata 5,6 ton/hektare. Nilai kerugian itu diperkirakan masih bisa bertambah mengingat serangan wereng masih berlangsung.
Jika diasumsikan harga gabah Rp 2.500/kg dan hasil panen per hektare rata-rata 5,6 ton, maka total kerugian yang dialami petani dengan jumlah total lahan puso seluas 37,5 hektare mencapai Rp 525 juta. Sedangkan kerugian usaha masing-masing petani, rata-rata Rp 2,5 juta per orang,” kata Kepala Dinas PTPH, Guruh Santosa, saat ditemui, Senin (30/5).
Menurut Guruh, 37,5 hektare lahan yang puso itu terdiri atas lahan yang puso akibat wereng seluas 23,5 hektare dan lahan yang puso akibat virus kerdil seluas 14 hektare. Serangan wereng saat ini merambah ke 15 kecamatan dengan luas lahan terkena mencapai 1.282 ha, mulai dari serangan berat, sedang, ringan, hingga yang baru terancam. Sedangkan virus kerdil rumput, sejauh ini telah menyerang 445 hektare, terutama di Kecamatan Selogiri.
Pengaruh cuaca
Gerakan memberantas wereng masih terus dilakukan. Pihaknya masih memiliki stok pestisida yang diperkirakan cukup untuk menyemprot lahan hingga 1.900 hektare. Dalam hal tersebut, Guruh sangat berharap pada cuaca yang terus membaik.
“Saat ini cuaca sudah mulai membaik, hujan sudah mulai jarang. Kalau cuaca terus membaik, kami optimistis serangan hama wereng ini bisa ditekan. Asal tidak hujan di malam hari, pertumbuhan wereng bisa terhambat,” kata Guruh.
Ke depan, Guruh mengatakan seiring dengan musim yang beranjak kemarau, petani diharapkan beralih dulu ke palawija. Hal itu agar bisa memutus rantai pertumbuhan wereng.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh Espos, sejumlah petani di Pracimantoro terpaksa membakar sawah mereka karena sudah tidak ada harapan untuk panen. Total lahan yang dibakar, menurut taksiran anggota DPRD asal Pracimantoro, Sugiarto luasnya sekitar 2 ha.
“Saya mendapat laporan beberapa petani di Pracimantoro membakar lahan karena sudah tidak ada harapan untuk panen. Mereka berharap dengan membakar lahan bisa mengurangi tingkat serangan wereng pada musim tanam berikutnya,” kata Sugiarto.
Taksiran kerugian tersebut didasarkan asumsi harga gabah Rp 2.500/kg dan hasil panen rata-rata 5,6 ton/hektare. Nilai kerugian itu diperkirakan masih bisa bertambah mengingat serangan wereng masih berlangsung.
Jika diasumsikan harga gabah Rp 2.500/kg dan hasil panen per hektare rata-rata 5,6 ton, maka total kerugian yang dialami petani dengan jumlah total lahan puso seluas 37,5 hektare mencapai Rp 525 juta. Sedangkan kerugian usaha masing-masing petani, rata-rata Rp 2,5 juta per orang,” kata Kepala Dinas PTPH, Guruh Santosa, saat ditemui, Senin (30/5).
Menurut Guruh, 37,5 hektare lahan yang puso itu terdiri atas lahan yang puso akibat wereng seluas 23,5 hektare dan lahan yang puso akibat virus kerdil seluas 14 hektare. Serangan wereng saat ini merambah ke 15 kecamatan dengan luas lahan terkena mencapai 1.282 ha, mulai dari serangan berat, sedang, ringan, hingga yang baru terancam. Sedangkan virus kerdil rumput, sejauh ini telah menyerang 445 hektare, terutama di Kecamatan Selogiri.
Pengaruh cuaca
Gerakan memberantas wereng masih terus dilakukan. Pihaknya masih memiliki stok pestisida yang diperkirakan cukup untuk menyemprot lahan hingga 1.900 hektare. Dalam hal tersebut, Guruh sangat berharap pada cuaca yang terus membaik.
“Saat ini cuaca sudah mulai membaik, hujan sudah mulai jarang. Kalau cuaca terus membaik, kami optimistis serangan hama wereng ini bisa ditekan. Asal tidak hujan di malam hari, pertumbuhan wereng bisa terhambat,” kata Guruh.
Ke depan, Guruh mengatakan seiring dengan musim yang beranjak kemarau, petani diharapkan beralih dulu ke palawija. Hal itu agar bisa memutus rantai pertumbuhan wereng.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh Espos, sejumlah petani di Pracimantoro terpaksa membakar sawah mereka karena sudah tidak ada harapan untuk panen. Total lahan yang dibakar, menurut taksiran anggota DPRD asal Pracimantoro, Sugiarto luasnya sekitar 2 ha.
“Saya mendapat laporan beberapa petani di Pracimantoro membakar lahan karena sudah tidak ada harapan untuk panen. Mereka berharap dengan membakar lahan bisa mengurangi tingkat serangan wereng pada musim tanam berikutnya,” kata Sugiarto.
0Awesome Comments!