PT Deltomed Laboratories menjalin kerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kesehatan Kementerian Republik Indonesia. Penandatanganan MoU dilakukan antara Direktur Utama PT Deltomed Nyoto Wardoyo dengan Kepala Badan Litbangkes Kementerian RI Trihono di ruang rapat PT Deltomed, Sabtu (21/5).
Nyoto Wardoyo mengatakan meski perusahaan sudah berdiri sejak 1976, bukan berarti penelitian tidak dilakukan sebelum produk jamu dibuat. “Sebelumnya sudah melakukan penelitian dan pengembangan dengan lembaga lain. Tapi untuk skala nasional memang baru kali ini,” katanya.
Deltomed dalam waktu dekat akan memiliki area pencucian bahan jamu. Meski bukan sterilisasi, namun diharapkan bisa menekan jumlah bakteri merugikan yang menempel pada bahan jamu. Terutama tumbuhnya jamur.
Trihono mengatakan ada tiga jalur pendekatan oleh pemerintah atas keberadaan jamu yaitu mengangkatnya ke level modern. Dengan melakukan riset sehingga kandungan di bahan jamu yang belum terkuak bisa didapat dan dipatenkan. Kedua, pelaksanaan sertifikasi jamu. Tiap bahan jamu yang dikatakan berkhasiat akan diuji kebenarannya secara ilmiah. Dan pendekatan ketiga adalah pendekatan ke jalur terpisah.
“Jalur terpisah ini adalah pembuat jamu. Baik penjual jamu gendong atau perusahaan seperti Deltomed ini. Jadi tanpa peran aktif jalur terpisah ini kami juga tidak bisa maksimal. Utamanya dalam pemetaan tanaman obat. Hingga sekarang, pemetaan tanaman obat terus dilakukan,” jelasnya.
Dari data yang ada di Badan Litbang, sebanyak 5 persen warga di 33 provinsi tiap hari mengonsumsi jamu. Sedangkan 45 persen lainnya menyatakan kadang-kadang dan sisanya 50 persen menyatakan pernah. Polling itu diambil dari sekitar 280.000 penduduk di 33 provinsi.
Nyoto Wardoyo mengatakan meski perusahaan sudah berdiri sejak 1976, bukan berarti penelitian tidak dilakukan sebelum produk jamu dibuat. “Sebelumnya sudah melakukan penelitian dan pengembangan dengan lembaga lain. Tapi untuk skala nasional memang baru kali ini,” katanya.
Deltomed dalam waktu dekat akan memiliki area pencucian bahan jamu. Meski bukan sterilisasi, namun diharapkan bisa menekan jumlah bakteri merugikan yang menempel pada bahan jamu. Terutama tumbuhnya jamur.
Trihono mengatakan ada tiga jalur pendekatan oleh pemerintah atas keberadaan jamu yaitu mengangkatnya ke level modern. Dengan melakukan riset sehingga kandungan di bahan jamu yang belum terkuak bisa didapat dan dipatenkan. Kedua, pelaksanaan sertifikasi jamu. Tiap bahan jamu yang dikatakan berkhasiat akan diuji kebenarannya secara ilmiah. Dan pendekatan ketiga adalah pendekatan ke jalur terpisah.
“Jalur terpisah ini adalah pembuat jamu. Baik penjual jamu gendong atau perusahaan seperti Deltomed ini. Jadi tanpa peran aktif jalur terpisah ini kami juga tidak bisa maksimal. Utamanya dalam pemetaan tanaman obat. Hingga sekarang, pemetaan tanaman obat terus dilakukan,” jelasnya.
Dari data yang ada di Badan Litbang, sebanyak 5 persen warga di 33 provinsi tiap hari mengonsumsi jamu. Sedangkan 45 persen lainnya menyatakan kadang-kadang dan sisanya 50 persen menyatakan pernah. Polling itu diambil dari sekitar 280.000 penduduk di 33 provinsi.
0Awesome Comments!